Sabtu, 01 Maret 2014

Jangan Buang Kulit Ari Salak

JANGAN BUANG KULIT ARI PADA BUAH SALAK



Kalau makan salak, jangan buang kulit arinya. Setelah kulit luar dikupas, langsung saja makan. Dengan cara makan seperti itu, kita akan terhindar dari sembelit. Pernyataan begitu sering kita dengar belakangan. Tapi, benarkah?

Menurut F.X. Wahyurin Mitano, pendapat tersebut benar. Sebab, dalam kulit ari salak itulah terdapat kandungan serat. Anjuran yang sama berlaku saat kita makan jeruk. Sebaiknya, jangan dimakan bulir jeruknya saja. Makan juga "pembungkus" jeruknya. "Kandungan serat itulah yang mengurangi kemungkinan menderita sembelit setelah makan salak," ungkap ahli gizi RSUD dr Soetomo tersebut.

Kalaupun kulit ari atau pembungkus buah jeruk hendak dibersihkan, Wahyurin mengatakan boleh-boleh saja, namun jangan terlalu bersih. Cukup bersihkan kotoran yang mungkin menempel. Jangan buang bagian yang tampak seperti benang dan menempel di kulit dalam jeruk. "Itu juga mengandung serat," lanjutnya.

Salak, lanjut Wahyurin, juga mengandung gizi lain yang tak boleh dipandang sebelah mata. Misalnya betakaroten. Berdasar data Pusat Litbang Gizi dan Makanan Depkes, dalam 100 gram salak terkandung betakaroten 5,5 kali lebih banyak daripada mangga. Kandungan betakaroten salak juga tiga kali lebih tinggi daripada jambu biji. Sayang, tak dijelaskan perbandingan kandungan betakaroten salak dengan wortel, sumber betakaroten paling dikenal orang. "Paling tidak, salak bisa menjadi alternatif sumber betakaroten selain wortel," terang perempuan yang akrab disapa Ririn itu.

Dalam 100 gram salak, masih menurut Ririn, juga terkandung 77 kalori, 0,4 gram protein, 20,9 gram karbohidrat, 28 gram kalsium, dan 18 gram fosfor. Kandungan zat besinya 4,2 mg per 100 gram salak. Tiap 100 gram salak juga mengandung 0,04 mg vitamin B dan 2 mg vitamin C. "Itu kandungan gizi rata-rata salak, baik salak pondoh maupun salak jenis lain," ucapnya.

Melihat tabel di atas, terutama kadar karbohidrat, penderita diabetes melitus (kencing manis) sebaiknya mengurangi konsumsi salak. Buah itu juga tak disarankan bagi penderita tifus dan penyakit lain yang membutuhkan diet rendah serat. "Kandungan serat yang tinggi justru membahayakan kesehatan pasien," tuturnya.

Penderita talasemia (salah satu jenis penyakit darah), lanjut Ririn, juga diminta mengurangi konsumsi salak. Sebab, kadar zat besi salak cukup tinggi. Pada penderita talasemia, penumpukan Fe bisa membahayakan organ lain, misalnya limpa.

"Buah yang mengandung Fe biasanya berwarna mencolok, merah atau kekuningan. Namun, ada juga buah yang mengandung Fe tinggi, tetapi tidak berwarna merah atau kekuningan, yakni salak," papar Ririn. (ai/soe)















Makanan
Dibuang Sayang…..

bersisik dan bermanfaat
Siang tadi, salah seorang temanku memberikan aku buah salak sebagai oleh - oleh dari orang tuanya yang baru saja pulang dari bali, kampung halaman orang tuanya. Beberapa buah kami makan bersama di mobilnya yang aku tumpangi, dan sisanya aku bawa pulang. Setelah membuka semua kulit buah salak, tersisa kulit arinya yang belum aku buka. Aku teringat ucapan salah seorang temaku “Kalo makan salak, kulit arinya jangan di buang y,banyak manfaatnya”. Setelah mendengar ucapan salah satu kawanku itu dulu, entah kapan tepatnya akupun lupa, hingga kini aku tak pernah membuang kulit ari salak bila hendak makan salak. Aku penasaran dengan ucapannya, membuat rasa ingin tahuku akhirnya membawaku pada mbah google.
Menurut Nikolai Ivanovich Valivov, ahli botani asal Rusia, memastikan bahwa asal tanaman salak adalah kawasan Indo - Malaya. Pada perkembangan selanjutnya, salak banyak dibudidayakan oleh negara - negara Filipina, Thailand, Jepang, dan Queensland. Salak (Salaca edulis) atau dalam bahasa inggris disebut dengan Snake fruit memiliki lebih dari 20 species.
Menurut F.X. Wahyurin Mitano (Ahli Gizi RSUD Dr Soetomo), dalam kulit ari salak terdapat kandungan serat yang baik yang dapat menghindarkan kita dari masalah sembelit setelah memakan buah salak. Hal tersebut juga berlaku bagi kulit ari buah jeruk dan juga “pembungkus” bulir jeruk. Kalaupun kulit ari atau pembungkus buah jeruk akan dibersihkan, sebaiknya jangan terlalu bersih, cukup bershkan kotoran yang menempel. Jangan buang bagian yang tampak seperti benang dan menempel di kulit dalam jeruk, itu juga mengandung serat, lanjut Wahyurin.
Salak juga mengandung gizi lain yang tak boleh di pandang sebelah mata, Misalnya betakaroten. Dalam 100gr salak terkandung betakaroten 5,5 kali lebih banyak daripada mangga. Kandungan betakaroten salak juga 3 kali lebih tinggi jika dibandingkan jambu biji. Hal tersebut berdasarkan data dari Pusat Litbang Gizi dan Makanan Depkes. Sayangnya tidak dijelaskan perbandingan kandungan betakaroten salak dengan wortel, sumber betakaroten yang di kenal orang. “Setidaknya salak bisa menjadi alternatif sumber betakaroten selain wortel”, ungkap Wahyurin lagi.
Dalam 100 gram salak, masih menurut Wahyurin, juga terkandung 77 kalori, 0,4 gram protein, 20,9 gram karbohidrat, 28 gram kalsium, dan 18 gram fosfor. Tiap 100 gram salak juga mengandung 0,04 mg vitamin B dan 2 mg vitamin C. “Itu kandungan rata - rata salak, baik salak pondoh maupun salak jenis yang lain” lanjut Wahyurin.
Melihat kandungan salak tadi, terutama karbohidrtat, penderita Diabetes Melitus (kencing manis) sebaiknya mengurangi konsumsi salak. Salak juga tidak disarankan untuk penderita Tifus dan penyakit lain yang membutuhkan diet rendah serat.
Penderita Thalasemia ( salah satu jenis penyakit darah) ungkap Wahyurin lagi, juga diminta mengurangi konsumsi salak. Sebab kadar Fe (zat besi) salak cukup tinggi. Pada penderita Thalasemia, kadar fe yang menumpuk bisa membahayakan organ lain, misalnya limfa. “Buah yang mengandung Fe biasanya berwarna mencolok, merah atau kekuningan. Namun ada juga buah yang mengandung fe tinggi tetapi tidak berwarna merah atau kekuningan, misalnya salak” papar Wahyurin lagi.
Buah salak yang memiliki rasa sepat rupanya tidak di anjurkan bagi penderita maag dan radang usus, karena kandungan tanin dalam buah salak dapat memengaruhi kondisi usus yang luka dan sulit di cerna.
Ooh… rupanya seperti itulah keistimewaan salak. Bermanfaat di balik kulitnya yang bersisik seperti ular.
Dari berbagai sumber : http://www.forumbebas.com/thread-95205.html , http://atikofianti.wordpress.com/2010/10/09/khasiat-buah-salak/, http://www.journalbali.com/life-style-entertainment/khasiat-salak-bali.html


0 komentar:

Posting Komentar